Minggu, 15 April 2018

Gangguan Paranoid


                                                       Gangguan Paranoid
Nama : Meissy Bella Sari
Nim : 163104101143
Psikologi Abnormal



Gangguan kepribadian paranoid adalah perasaan curiga yang pervasive, cenderung untuk menginterpretasi perliaku orang lain sebagai hal yang mengancam atau merendahkan. Orang dengan gangguan ini sangat tidak percaya pada orang lain, dan hubungan sosial mereka terganggu karenanya. Meski mereka mencurigai rekan kerja aau penyelia mereka, pada umunya mereka tetap dapat bekerja.
Ciri –ciri paranoid, penderita paranoid pada umumnya akan memiliki rasa curiga yang berlebihan pada semua orang, termasuk pada keluarga atau bahkan pasangannya. Penderita paranoid juga akan sangat sulit untuk mempercayai orang lain, termasuk orang-orang terdekatnya. Sulit memaafkan dan cenderung selalu menyimpan dendam di hatinya, bagi seorang penderita paranoid, masalah-masalah kecil saja bisa menjadi begitu rumit di dalam pandangannya, meskipun hal tersebut telah terselesaikan dengan baik sebelumnya. Penderita paranoid tidak mudah melupakan, bahkan cenderung menyimpan dendam atas berbagai masalah yang pernah dialaminya. Bukan hanya pada masalah yang besar, kesalahan kecil yang dianggapnya telah dilakukan oleh seseorang padanya juga akan menjadi catatan buruk yang sulit dimaafkan. Penderita paranoid juga tidak mau untuk berbagi informasi tertentu yang dimilikinya kepada orang lain. Hal ini bahkan dianggapnya sebagai sebuah ancaman, di mana penderita berpikir dan memiliki rasa takut jika orang tersebut kelak akan menyakitinya. Berbagai ketakutan dan juga kekhawatiran ini biasanya muncul tanpa alasan yang kuat dari penderita paranoid. Reaksi yang berlebihan juga kerap ditunjukkan oleh para penderita paranoid, bahkan pada hal-hal yang sebenarnya tidak begitu penting. Penderita paranoid juga memiliki tingkat kecurigaan yang sangat tinggi pada pasangannya. Selalu salah mengartikan kata-kata atau bahkan sekedar sapaan dari orang lain.
Gejala yang dialami gangguan paranoid, merasa cemas, takut, khawatir, dan tidak merasa nyaman pada lingkungannya sekalipun. Merasakan halusinasi dalam bentuk suara, sehingga sulit berkonsentrasi pada berbagai hal di sekitarnya.  Mengalami perasaan cemburu yang tidak realistis, hal ini juga berlangsung secara terus-menerus dan berulang. Mengalami gangguan persepsi terhadap berbagai hal. Merasakan delusi kebesaran, di mana penderita merasa dirinya memiliki kemampuan lebih daripada kenyataan yang sebenarnya. Mengalami delusi paranoid secara rutin dan stabil, bahkan dalam kurun waktu yang sangat panjang sekalipun.
Contoh kasus gangguan kepribadian paranoid, seorang pensiunan pengusaha berusia 85 tahun diwawancarai oleh pekerja sosial untuk menetukan kebutuhan perawatan kesehatan bagi dirinya serta istrinya yang sakit dan lemah. Pria ini tidak memiliki sejarah penanganan gangguan mental. Ia dan istriya telah menikah selama 60 tahun, dan tampak bahwa istrinya merupakan satu-satunya orang yang benar-benar ia percaya. Dia selalu curiga pada orang lain, ia tidak akan mengungkap informasi pribadi pada siapa pun kecuali istrinya, yakin bahwa orang lain akan mengambil keuntungan darinya. Saat menerima telepon ia akan menolak untuk menyebutkan namanya sampai ia tahu maksud si penelepon. Ia selalu melibatkan dirinya dalam “pekerjaan yang berguna” untuk mengisi waktunya, bahkan selama 20 tahun masa pensiunnya. Ia meluangkan waktu yang cukup banyak untuk memonitor investasinya dan pernah bertengkar dengan pialangnya saat terjadi kesalahan dalam rekening bulanannya yang membuatnya curiga bahwa pialangnya tersebut berusaha menutupi transaksi yang curang.
Menurut saya kecurigaan orang yang menderita gangguan kepribadian paranoid sangatlah berlebihan dan tidak berdasar, orang yang memiliki kepribadian paranoid cenderung tidak mencari penanganan untuk diri mereka, namun mereka memandang orang lain sebagai penyebab dari masalah mereka. untuk menjauhkan diri dari gangguan paranoid haruslah dari keyakinan diri penderita itu sendiri, mampu mengetahui apa yang sedang ia alami dan juga dapat mengontrol diri dengan baik.


Sumber :
Jeffrey S. Nevid, Spencer A Rathus, Beverly Greene. (2003). Psikologi Abnormal. Edisi kelima Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga

0 komentar:

Posting Komentar